Tuesday, April 22, 2008

Dermaga Timur Kamal



Sebuah kapal very pelan merarapat.

Di dermaga timur Kamal Madura, di ujung Maghrib yang riuh dengan suara adzan.

Mentari tenggelam di ufuk barat.

Temaramkan warna langit yang merona jingga.

Sepasang kekasih bergandengan tangan berjalan kaki.

Menikmati senja, menikmati jingga, menikmati rasa yang mustahil orang lain mengerti.

Eratkan pegangan tangan, eratkan ikatan hati.

Saat tiba-tiba isak tangis ketulusan itu terdengar kembali.

‘’ jangan pergi.. jangan akhiri ini ’’

Pinta itu mengiang tanpa henti sampai hari ini.

Meski telah berlalu puluhan kali bentuk purnama berganti.

Malam ini…

Terlihat kembali aura lembut wajahnya

Terbayang kembali sinar teduh matanya

Terkenang lagi senyum damai bibirnya

Terngiang lagi suaranya ketika dulu dia sering bilang,’..Dente’ legghi’ molenah sekolah. Mon lo’ edentek, eyatemmah…!

( Tunggu nanti sepulang sekolah. Kalau tidak, nanti kamu ku hantam!)

Aku rindu sekali berada di dekatnya lagi.

Bercanda bercerita… bertukar rasa.

Aku rindukan lagi-lagi saat-saat itu.

Saat ketika setiap pagi seorang cantik menyambutku dengan senyum

di gerbang sekolah,

kemudian mengisi waktuku dengan keindahan ‘tuk kukenangi

sebagai teman melawan insomnia sampai ujung malam.

Saat kami sering mencuri pandang ketika menyanyi ‘Indonesia Raya’

di upacara bendera Senin, dan

Saat kami sangat membenci hari Minggu-hari libur.

Wahai Pemberi rasa penguasa semesta….

Kami ciptaanMu rasa itu karuniaMu…

Apapun yang terjadi di akhir perjalanan terindah ini.

Kami akan selalu menamakannya sebagai ‘keadilan’ Mu.

Karna hanya ada satu titik kecil keyakinan di sini.

-Di antara liarnya hati untuk selalu memberontak dan menggugat-

Bahwa Kau mustahil akan berbuat mendlalimi.




Tajamu’ Khomis, New Cairo

Pertegahan malam, 21 April ‘08

posted by Syaifullah Rizal Ahmad @ 6:43 AM   5 comments
Saturday, April 19, 2008

Abadi Bersama Hujan

Tak akan ada satupun yang bisa mengerti.

Rasa dalam hati yang kita pendam selama lebih dari enam tahun ini.

Usah juga kita menyalahkan ‘orang tua’ yang terlalu congkak ‘tuk menerima perubahan.

Atau mereka yang merasa punya jasa dan lebih berhak menentukan

Atau juga mereka yang menjadi korban nilai budaya salah kaprah yang cenderung dimapankan.

Impian besar itu boleh saja hilang bersama kesombongan mereka yang merasa bijak itu

Tapi tidak kasih sayang kita.

Tak ‘kan ada yang bisa menggantikanmu di hatiku

Apa lagi hanya sekedar pasangan yang dipilihkan atas dasar pertimbangan dan rekayasa.

Kau jauh lebih berharga dari semua ‘ lambang keta’atan ’ itu.

Jika memang ‘bersama’ akan menjadi kemustahilan bagi kita nanti,

Tapi kita tidak akan pernah merasa berpisah.

Kau tak ‘kan pernah aku rela lepaskan.

Kau ‘kan selalu ada di hati, mengalir bersama darah, berdetak bersama nadi, memancar searah pandangan mata, dan berhembus seraya tarikan nafas.

kehadiranmu tak ‘kan mungkin tergantikan oleh apa dan siapapun.

Aku ‘kan membuat kasih ini abadi.

Abadi bersama ‘hujan’, abadi bersama bentuk sempurna ‘bulan’ dan abadi bersama

‘malam takbiran’.

Kisah kita akan selalu ada, terus ada; abadi bersama mereka.

Sampai kita sama-sama berpindah dunia ke alam baka.

Tajamu’ Khomis, New Cairo

13 April ‘08

posted by Syaifullah Rizal Ahmad @ 12:13 PM   1 comments

Sinar Mata itu



Malam ini…

Aku melihatnya lagi

Sinar mata itu….

setelah lebih dari empat tahun aku tidak bisa menatapnya.

meskipun hanya dari sebuah gambar.

Mata teduh yang pertama kali menangis untukku.

Mata yang pernah memberiku sejuk dalam setiap kegelisahan-kegelisan jiwa tak berujung.

Mata yang pernah memberiku damai di antara penat-letih pencarian jati diri masa remaja yang ‘liar’ dan melelahkan.

Mata yang saat ku menatapnya, aku merasa melihat keindahan yang tak tergambarkan.

Tuhan semesta…

Hanya Kau yang tahu alasan mengapa kau berikan dalam hatiku

rasa kasih yang teramat besar untuknya.

Jika memang benar kelak kau tidak takdirkan kami bisa ‘bersama’,

Ku mohon, berikan padaku di sisa umurku ini,

kedamaian tak terhingga

Seperti saat aku menatap matanya.

Meski ‘tak kan bisa siapapun menggantikan ‘kehadirannya’

Di hati…

Tajamu’ Khomis, New Cairo

14 April ’08

Saat semalaman kutatap foto ‘dia’ lagi yang kutemukan di ‘fs’ temannya

posted by Syaifullah Rizal Ahmad @ 12:05 PM   4 comments
About Me


Name: Syaifullah Rizal Ahmad
Home: Nasr City, Cairo, Egypt
About Me:
See my complete profile

Previous Post
Archives
Links
Your Comment